Kalau
benar begitu berarti desain itu sama dengan seni; bedanya pada kata ‘terapan’.
Agar memenuhi syarat sebagai ‘terapan’, berarti desain itu seni yang
berorientasi kepada kegunaan yang berlaku untuk umum, bukan seni yang hanya
berguna sebagai ekspresi pembuatnya. Desain itu harus patuh objektivitas,
bersih dari pengaruh subyektivitas. Desain berpusat pada rekayasa masalah,
bukan pada keinginan dan kebutuhan pembuatnya. Jadi, penekanan desain bukan
pada karyanya dan juga bukan pula pada sisi pembuatnya, tetapi lebih mengurusi
kegunaan karyanya. Pada akhirnya kita menikmati seni dari karyanya; dan
menikmati desain dari
kegunaannya.
Bersih
Subyektivitas
Dalam
banyak kesempatan, desainer bisa berfungsi sebagai publik sasaran –audience atau konsumen– dari program
pembuatan desain yang dilakukannnya. Di sini desainer bisa mengambil peran
ganda; sebagai pembuat sekaligus sebagai publik sasaran. Tata nilai
subyektivitas bisa muncul pada saat desainer mengambil peran sebagai publik.
Nilai kemanusiaan –seperti: hati nurani, aspirasi dan kreativitas– bisa muncul
dan menjadi masukan untuk proses membuat objektif dari desain. Nilai
kemanusiaan ini bisa kontributif terhadap kualitas desain pada saat desainernya
secara aktif terlibat dalam dinamika publik, perhatian terhadap masalah sosial,
budaya, pendidikan dan sektor lainnya. Nilai kemanusiaan ini bisa menjadi
sumber inovasi desain, sehingga solusi desain bukan hanya berasal dari selera pasar
yang justru menumpulkan kreativitas.
Rekayasa
Masalah
Inti dari
program desain adalah rekayasa masalah yang harus dimulai dari proses membentuk
kekayaan pemahaman terhadap masalah. Ini mengandung kontradiksi dengan masih
banyaknya yang berpandangan bahwa inti desain adalah tentang bentuk solusinya,
sehingga seringkali merasa harus segera membuat sketsa dan mewujudkan
visualisasinya karena merasa sudah cukup pengetahuannya terhadap masalah.
Kondisi demikian membawa desainernya ke lingkup seni karena yang dilakukannya
adalah langsung melompat ke proses membuat ekspresi dari masalah, tanpa
mempertanyakan lebih lanjut tentang jatidiri masalahnya. Mereka yang lebih
mementingkan ekspresi dari suatu permasalahan visual memang lebih cocok disebut
seniman dibanding desainer.
Menikmati
Kegunaan
Pada saat
kita menikmati sebuah karya desain, seringkali tanpa sadar kita mengacuhkan
wujud karyanya tetapi lebih termotivasi oleh kegunaannya. Seperti kata Paul
Rand; “Graphic Design is the Language.” Jadi, memang desain bukan isi pesannya,
ia adalah bahasa penyampai pesannya; dengan catatan bahwa kualitas bahasa juga
sangat mempengaruhi tersampaikannya pesan dengan baik. Sementara di luar itu
apabila kita lihat dari sudut komunikasi, seni justru menempatkan karya sebagai
inti pesannya dan seniman sebagai sumber pesannya.