Komputer memang digunakan dalam proses mendesain, namun tidak
seluruhnya, dan bukan hal yang paling utama. Merancang solusi untuk suatu
masalah adalah yang paling utama dalam desain grafis, ini dilakukan dengan
riset / wawancara, membuat catatan*. Sama sekali belum menggambar, apalagi
menggunakan komputer.
* Riset / wawancara dilakukan kepada pihak yang berhubungan dengan
permasalahan, sedangkan membuat catatan untuk mengembangkan imajinasi, untuk
kemungkinan solusi.
#2
Bisa Photoshop / Illustrator / CorelDraw = bisa desain
grafis
Software itu bukan desain grafis / bukan alat utama
dalam desain grafis. Ia hanya alat bantu dalam membuat karya desain grafis.
Bisa mengoperasikan software-nya
belum tentu bisa mendesain dengan baik.
Untuk menghasilkan karya desain yang berhasil, ada tahapan kerja
dan prinsip-prinsip yang harus diterapkan. Software tidak mengerti hal itu, ia hanya alat.
Yang harus mempelajari adalah si pemakainya.
Desainer grafis tidak menggantungkan dirinya pada software, tapi pada otaknya
yang kreatif. Riset, analisa, mencari strategi visual dan komunikasi adalah
proses awal mendesain. Hal itu tidak bisa dilakukan oleh Photoshop,
Illustrator, CorelDraw, atau software lainnya, hanya otak kita yang dapat
melakukannya.
#3
Desain grafis itu membuat iklan
Desain grafis itu membuat iklan
Membuat iklan memang salah satu pekerjaan yang cukup banyak
ditekuni oleh desainer grafis, tapi bukan itu satu-satunya. Branding, editorial & penerbitan, desain
kemasan / packaging, web & development,
adalah di antara sekian banyak yang juga ditekuni oleh desainer grafis.
#4
Desain grafis itu cuma make-up, menghias sesuatu supaya lebih indah
Desain grafis itu cuma make-up, menghias sesuatu supaya lebih indah
Yang sekadar menghias itu bukan desain grafis, tetapi dekorasi,
tujuannya memang cuma satu: untuk memperindah. Tidak ada fungsi lainnya.
Kalau desain grafis, selain memperindah ia juga punya fungsi:
menyampaikan pesan dan identitas. Tujuannya untuk menjual, memberi informasi,
menanamkan citra ke benak konsumen, dan lain-lain.
Contoh: iklan handphone di majalah. Selain ia harus menarik
perhatian pembaca, juga punya tugas menyampaikan pesan dengan jelas, merayu
orang untuk membeli, menggambarkan citra brand tersebut.
Ini desain grafis.
#5
Desain grafis itu masalah selera. Kalau saya bilang suka, orang lain mungkin tidak suka.
Desain grafis itu masalah selera. Kalau saya bilang suka, orang lain mungkin tidak suka.
Kalau berupa dekorasi saja mungkin bisa dinilai tergantung selera
pribadi: “suka”, “tidak suka”. Tetapi kalau desain grafis dinilai secara
keseluruhan, maka penilaiannya jadi: “apakah ia dapat menjual?”, “apakah
berhasil menginformasikan?”, “apakah terbangun citra yang diharapkan?” dan
penilaian-penilaian lain yang sifatnya objektif, bukan subjektif / selera
pribadi.
#6
Untuk menjadi desainer grafis, yang paling penting punya bakat seni.
Untuk menjadi desainer grafis, yang paling penting punya bakat seni.
Bakat seni memang diperlukan dalam mendesain, tapi bukan
segala-galanya. Kerajinan dalam berlatih, keberanian mengeksplorasi hal-hal
baru, kreativitas, kemampuan logika, analisa, komunikasi, kepekaan, dan masih
banyak lagi kemampuan yang lebih dibutuhkan untuk menjadi seorang desainer
grafis.
Bila hanya mengandalkan bakat dan tidak mengembangkan kemampuan
lainnya, tidak akan membuat seseorang menjadi desainer grafis yang baik.
#7
Desainer grafis tidak perlu bisa menggambar
Desainer grafis harus jago menggambar
Desainer grafis tidak perlu bisa menggambar
Desainer grafis harus jago menggambar
Desainer grafis perlu bisa menggambar, walaupun tidak perlu bagus
sekali. Karena menggambar itu sebetulnya mengatur pemikiran / ide-ide,
sebagaimana seorang penulis mengatur kata-kata dalam tulisannya.
Desainer grafis perlu punya kemampuan menggambar untuk mempermudah
mewujudkan ide-idenya sendiri, atau untuk menerangkan ide tersebut kepada orang
lain untuk diwujudkan secara visual, contohnya seorang art director kepada anak buahnya.|